Perdana Menulis, Langsung Tembus Jurnal Sinta 2

Halo, Sobat Wendah.. Gimana kabar nih? Semoga sehat-sehat ya.. 

Btw, itu judulnya sombong syekali ya hehehee. Emang sengaja kok. Pamer. Astaghfirullah.

Belum kepikiran judul yang lain, nanti kalau Sobat Wendah terbesit ide untuk judul tulisan ini yang lebih humble, bisa tolong 'senggol' aku di kolom komen ya. Makasih sebelumnya.. :)

Jadi, sepanjang tahun 2022 aku memang sok sibuk, Sobat. Aku bikin tulisan, di luar pekerjaan rutinku tentu saja. Salah satunya adalah menulis artikel ilmiah untuk kukirim ke jurnal. 

Selengkapnya bisa dilihat di sini ya

Mengapa harus menulis?

Sebetulnya, tidak ada tuntutan bagiku untuk menulis atau membuat tulisan di jurnal, semua itu atas inisiatifku sendiri. Andai aku tidak menulis pun juga tidak apa-apa. Aku tidak akan disetrap, aku tidak akan dimarahi atasan, dan aku tetap memperoleh hak finansialku setiap bulan. 

Namun, lagi-lagi aku merasa ada yang berkecamuk dalam benak dan hati ini. Sepanjang hari mengedit naskah buku/jurnal membuatku merasa terhujani dengan miliaran informasi secara terus-menerus. Aku membaca, aku memperoleh beragam sumber, tetapi aku tidak punya kesempatan untuk 'mengeluarkan'-nya kembali.

Ibaratnya, aku minum dan makan, tetapi aku tidak beraktivitas fisik untuk mengimbangi energi yang telah kudapat dari makanan, dan residu dari sisa-sisa nutrisi itu juga tidak bergerak ke saluran pembuangan. Mereka semuanya diam, ngendon dengan santai di dalam tubuhku yang lama-kelamaan fungsinya lebih mirip sebagai tempat sampah ketimbang sebagai tubuh/badan yang idealnya memberi manfaat bagi sekitarnya.  

Mengapa artikel jurnal?

Sebenarnya ada banyak jenis tulisan yang bisa dibuat. Aku menulis fiksi dan nonfiksi. Artikel jurnal termasuk nonfiksi. Aku memilih membuat karya tulis ilmiah dalam bentuk artikel jurnal adalah karena topik yang aku bahas lebih cocok untuk jenis tulisan tersebut. Jadi kali ini ide kepenulisanku berkaitan dengan preferensi penggunaan buku-buku nonfiksi di kalangan peneliti dan akademisi. Nah, lebih cocok masuk sebagai tulisan nonfiksi bukan alih-alih fiksi? 

Mengapa harus jurnal sinta 2?

Ada banyak pilihan jurnal dengan science and technology index (sinta) berapapun. Konon katanya semakin bergerak ke angka satu, berarti semakin baguslah peringkat si Jurnal itu. Wallahualam

So, kita bebas memilih mau mengirim ke jurnal sinta berapa aja ya, tidak ada pakem khusus. Sobat Wendah bisa langsung kirim artikel ke jurnal sinta 1, 2, 3, dan seterusnya. 

Pertimbanganku langsung ke jurnal sinta 2 itu sebetulnya bukan karena aku mau kirim ke jurnal sinta 2, tetapi lebih karena rumpun topik yang diangkat oleh jurnal tersebut. Aku memang niat dan mengirim tulisan ke Jurnal BACA karena jurnal tersebut sesuai dengan topik tulisan yang aku bahas. 

Setelah dikrim, so what?

Jadi, setelah mengirimkannya ke jurnal tersebut pada Maret 2022, aku menunggu respons dari redaksi jurnal. Sekitar bulan Juni pihak redaksi  menghubungiku dan memintaku untuk merevisi artikelku sesuai dengan format/pakem khusus dari mereka (aku juga bingung padahal waktu menulis pun sudah aku sesuaikan dengan guideline yang mereka punya). Tapi okelah, tetap aku revisi sesuai masukan dan permintaan mereka, dan aku submit kembali sebelum tenggat waktu.

Nah, setelah itu artikelku masuk ke tahap review. Pada bulan Oktober hasil review atas artikelku keluar: mayor dan minor (ditelaah oleh dua penelaah/reviewers). Begitu mendapat hasil telaah dari reviewer yang bersifat mayor, aku langsung lemas. Ada perasaan down bahkan nyaris patah semangat untuk merevisi tulisan tersebut di tengah kesibukan sehari-hari.

Kalau tidak cepat direvisi, aku khawatir tulisan tersebut tidak akan segera publish sementara data-data penelitian tersebut hampir diperoleh dua tahun yang lalu (khawatir keburu expired).😂

Syukur Alhamdulillah kemudian bantuan dari Tuhan pun datang. Ada seorang kolega yang dengan senang hati mengarahkan maksud/pandangan reviewer terkait tulisanku tersebut sehingaa aku sedikit memahami apa yang harus kurevisi. 

Dan setelahnya, aku masih harus melakukan revisi kembali terhadap tulisan artikel jurnalku yang telah di-review untuk kedua kalinya. Walau terkesan berat, tetap harus kujalani. Alhamdulillah, di penghujung tahun 2022, semua itu kelar, dan artikelku dapat terbit tepat waktu.

Jadi begitu ceritanya. Kalau Sobat Wendah sendiri gimana nih sharing-sharing-nya tentang membuat tulisan dan mengirimkannya ke penerbit jurnal? Boleh dong kita bertukar cerita siapa tahu bisa menambah wawasan Sobat Wendah yang lain yang barangkali sedang bergumul dengan upaya publikasi artikel jurnal. Cheers! :)

Comments