PNS vs Swasta: Sebuah Catatan 2 Tahunan

Sumber:  http://www.anneahira.com/images/article/pengembangan-karier-pns.jpg
Jika Anda tidak bisa mendapatkan apa yang Anda bakati,
maka bakatilah apapun yang Anda dapatkan (Mario Teguh)

Ada dua hal penting yang sejak dua tahun terakhir wara-wiri di pikiranku. PNS vs swasta. Tidak berlebihan kiranya jika aku mulai mencoba mengamati, memikirkan, menimbang, dan menarik kesimpulan (sementara) antara dua istilah ini sebab aku telah menceburkan diri ke dalam salah satu di antaranya—tepatnya sejak dua tahun yang lalu.

Sejatinya sejak dulu aku sadar bahwa telah terdapat suatu pergeseran sudut pandang mengenai istilah PNS dan swasta. Pada masa penjajahan Belanda di Hindia (Sebutan Indonesia kala itu), jabatan di gubernemen begitu memiliki daya magis, begitu prestige. Jabatan di pemerintahan sebagai pegawai negeri sipil (PNS)—meskipun di bawah pemerintahan kolonial kala itu—dianggap sebagai suatu anugrah ‘nan ‘tak terkira karena tidak semua orang bisa mencapainya. Lagipula, itu adalah suatu pekerjaan yang mulia karena tugas dan kewajibannya bersinggungan langsung dengan tanggung jawabnya kepada Nation.

Terlebih lagi, terdapat berbagai macam fasilitas yang dapat dinikmati oleh si PNS beserta keluarganya. Sebut saja sopir pribadi yang diperbantukan untuk si PNS dalam menjalankan tugasnya dan kemudahan keluarga si PNS dalam mengakses fasilitas-fasilitas tertentu seperti sekolahan milik Gubernemen Belanda. Di samping itu, PNS dan keluarganya pun juga dipandang, disegani, dan dihormati di lingkungan mereka tinggal.

Sementara, bagi mereka yang hanya bekerja sebagai swasta, misalnya bekerja di suatu pabrik milik orang lain, jarang mendapatkan sanjungan maupun gumam lirih ‘betapa beruntungnya Anda’. Semuanya dianggap biasa-biasa saja. Mungkin, hal ini diakibatkan oleh mudahnya menjadi pekerja pada saat itu dan lebih ‘kecil’-nya kekuasaan karena bertanggung jawab hanya kepada perseorangan.

Namun apapun alasannya, itulah kenyataannya...

Sebaliknya, pada saat ini anggapan bahwa kedudukan PNS adalah lebih tinggi daripada swasta tidak sepenuhnya diamini oleh masyarakat (khususnya para pemuda/generasi muda) di sekitar kita. Ada yang pro dengan PNS dan tidak sedikit juga yang kontra. Ada yang sangat mendamba ingin menjadi pegawai, namun ada juga yang berambisi menjadi pekerja (karyawan).

Menurut sebagian masyarakat (mungkin juga seluruh), kelebihan paling utama dari seorang PNS adalah karena iming-iming pensiunnya, bayaran yang akan tetap diterima tiap bulan saat orang tersebut sudah purna dari tugasnya (re: pensiun). Keunggulan lainnya adalah waktu kerja yang fleksibel, rata-rata masuk kerja pukul 08.00 WIB dan pulang pukul 16.00 WIB. Bahkan, hampir semua pegawai pemerintah, kecuali guru, masa kerjanya hanya 5 hari dalam seminggu, senin hingga jumat.

Selain sesuatu yang dianggap sebagai kelebihan-kelebihan tersebut, PNS juga dihujat karena kelemahan-kelemahannya. PNS yang tidur ketika rapat soal rakyat lah, PNS yang sering ketangkap basah keluyuran pada saat jam-jam kerja lah, PNS yang doyan korupsi lah, PNS yang selalu makan gaji buta lah, dan seabrek PNS-PNS lain dengan segala keburukannya. Jika begini, lalu apa yang bisa dibanggakan dari seorang PNS?

Akan halnya dengan swasta sekarang ini, swasta dinilai lebih oke dari segi pendapatan daripada gaji PNS. Bayangkan saja, walaupun sama-sama fresh graduate, mereka yang bekerja di swasta bisa menerima pendapatan tiga kali lipat dari gaji mereka yang bekerja sebagai PNS. Namun tetap saja, ada harga ada barang. Diyakini bahwa dengan penerimaan yang aduhai, jumlah jam kerja karyawan swasta bisa melebihi jumlah jam kerja PNS setiap minggunya.

Oia, menurut pendapat sebagian orang, bekerja di swasta terkesan lebih berat sekaligus menjanjikan daripada bekerja sebagai abdi negara. Pasalnya, kesempatan untuk mengembangkan diri lebih terbuka di swasta daripada di negeri. Perusahaan swasta juga cenderung benar-benar memberikan penghargaan kepada karyawannya, bahkan walaupun karyawan itu baru saja bekerja kemarin sore. Pendapatan yang diterima oleh karyawan swasta berbanding lurus dengan usaha dan kinerja mereka. Semakin giat bekerja dan menunjukkan prestasi yang gemilang, seorang karyawan swasta bisa langsung dipromosikan ke posisi yang lebih tinggi. Di samping itu, penindaktegasan yang diberikan oleh atasan kepada karyawan bisa diproses dengan cepat, sehingga sebagian besar karyawan swasta tidak pernah ‘main-main’ dengan pekerjaannya.

Sementara, gaji PNS ya gitu-gitu saja. Dengan beban kerja, prestasi, dan etos kerja yang berbeda, dua orang PNS bisa memperoleh gaji yang sama apabila masa kerja dan latar belakang pendidikannya sama. Memang terdapat beberapa hal yang yang membedakan gaji antara keduanya, namun yang paling mencolok adalah pangkat dan golongan serta lamanya bekerja. Secermelang apapun prestasi seorang pegawai struktural, jika ia belum menggenapkan 4 tahun masa kerjanya, ia belum berhak mendapatkan kenaikan golongan. Sekali lagi, semakin tinggi pangkat dan golongan seorang pegawai, semakin tinggi pula gaji per bulan yang ia dapatkan. Sangat disayangkan memang, namun inilah fakta yang tak terbantahkan di dunia ke-pe-en-es-an. Malangnya, bagi sebagian pegawai hal ini difatwakan sebagai pencetus ide untuk tidak terlalu ngoyo ataupun berprestasi sebaik mungkin. Berprestasi atau tidak, toh gaji tetap sama.

Satu hal yang pasti Kawan—bagiku—PNS ataupun swasta, toh itu cuma status. Yang penting adalah pekerjaan Anda. Pekerjaan kita. Sedikit curhat: kalau aku ditanya apa pekerjaanku, tentu bukan PNS atau swasta jawabanku, melainkan bidang kerja yang sedang aku geluti saat ini.

Sobat Wendah semua, kira-kira seperti itulah gambaran umum (secara garis besar) perbedaan dasar antara karyawan swasta dan PNS. Secara mendetail, mungkin masih ada yang belum aku cantumkan atau memang aku yang belum mengerti benar. Maklum, aku juga masih hijau di dunia kerja yang senyata-nyatanya ini.

Di atas itu semua, aku berharap semoga tulisan ini bisa membantu kawan semua yang sedang bingung mencari referensi antara swasta dan PNS; ataupun kawan semua yang sedang dirundung kegalauan dalam menghadapi dan mempersiapkan diri untuk merambah dunia kerja.




NB: Makasih berat buat salah seorang rekan kerjaku yang sering membuka cakrawalaku mengenai bidang pekerjaan berikut atribut yang melekat di dalamnya. Sejatinya, kita selalu berpeluang untuk unggul di setiap bidang pekerjaan, asalkan kita membakatinya.

Comments