Cuti Melahirkan Usai, Khawatir Bayi Bingung Puting


Memberikan ASI selama kurang lebih dua tahun telah menjadi satu dari sekian banyak niat dan tekad kami untuk si kecil. Menjelang berakhirnya masa cuti melahirkan, aku berpikiran untuk memberikan ASIP kepada si bayi menggunakan dot ketika aku bekerja nanti, sebagaimana yang aku tahu selama ini.

Namun kemudian istilah baru yang kudapat dari internet sontak membuatku berpikir ulang tentang rencanaku menggunakan dot sebagai media pemberian ASIP selama aku bekerja. Aku khawatir bayiku akan mengalami bingung puting.

Istilah ini aku dapat dari artikel di sosial media tentang bayi yang tidak mau menyusu langsung dari ibunya dan lebih suka menggunakan dot. Ini dipicu oleh kebiasaan si bayi yang sudah kenal dengan dot. Ia diberi minum, entah ASIP atau sufor, dengan menggunakan (botol) dot.

Salah satu sumber yang aku baca menyebutkan bahwa menyusu menggunakan dot tidak sesulit seperti menyusu langsung dari payudara ibu. Isapan bayi tidak perlu terlalu kuat untuk mendapatkan susu dari dot. Sebaliknya, ia harus mengisap lebih ekstra ketika menyusu secara langsung. Itulah mengapa bayi lebih memilih dot ketimbang payudara sang ibu.

Wah.. Setelah mengetahui istilah bingung puting, makin parno lah aku. Gamang dengan penggunaan dot. Bahkan rekan kerjaku memilih menggunakan cup feeder alih-alih dot untuk memberi ASIP kepada bayinya ketika ia bekerja. No dot at all. Dan beruntungnya, pengasuh bayinya telaten menggunakan cup feeder kepada si bayi. Ditambah lagi ada kerabat anggota keluarga temanku yang juga ada di rumah sehingga dapat turut mengawasi pekerjaan sang pengasuh.

Nah, kalau aku? Tidak ada kerabat atau sanak keluarga di sini. Aku dan suami benar-benar dua anak perantau yang kemudian dipertemukan oleh takdir, menikah, lalu lahirlah bayi kami di sini. Sehingga, kerabat atau sanak keluarga kami adalah tentu saja tetangga kanan kiri.

Sempat terbersit untuk memberi ASIP menggunakan cup feeder sebagaimana yang telah dilakukan temanku kepada bayinya dan sesuai dengan anjuran di beberapa artikel yang kubaca. Namun, absennya pengawasan dari kerabat inilah yang kemudian melunturkan niatku. Bagaimana jika pengasuh bayiku kurang telaten sehingga pemberian ASIP kepada si bayi kurang maksimal? Satu dari sekian banyak alasan itu akhirnya berujung pada keputusan untuk tidak menggunakan cup feeder.

Beruntungnya, ada solusi lain yang juga aku baca dari internet agar si bayi tidak bingung puting, yaitu menggunakan dot jenis tertentu yang memang dirancang secara khusus menyerupai bentuk dan tekstur payudara ibu. Dengan begini, bayi tidak akan mengalami perbedaan ketika menyusu menggunakan dot atau langsung dari payudara ibu sehingga bingung puting tidak akan dialami oleh si bayi.

Sempat aku baca beberapa merk dot yang direkomendasikan oleh dokter-dokter melalui tulisannya di jagad maya, juga oleh ibu-ibu melalui tulisan review-nya. Namun, menjadi PR bagiku ketika sebuah merk dot cocok untuk bayi si ibu yang satu, tetapi tidak cocok untuk bayi si ibu yang lain. Itu artinya, dot tersebut berpeluang fifty-fifty terhadap seorang bayi.

Pun kepada bayiku. Berarti aku harus mencobanya (kepada bayiku) untuk melihat cocok tidaknya ia dengan dot tersebut. Iya, kalau langsung cocok. Kalau tidak? Berapa banyak merk dot yang harus aku uji cobakan ke sang bayi sampai benar-benar ada yang cocok? Duh, gambling banget..

Setelah melalui diskusi yang cukup singkat dengan suami, akhirnya kami sepakat untuk tetap memberinya dot. Dalam pikiran kami, kepastian bahwa si bayi bisa mendapatkan cukup asi adalah hal terpenting ketimbang  kekhawatiran kami tentang bingung puting. Mengatasi bingung puting adalah PR kami berikutnya.

Tugas kami selanjutnya adalah menentukan merk dot yang akan digunakan. Saat itu kami tidak tahu dot merk apa yang sekiranya cocok untuk bayi kami.

Hanya ada satu dot yang dipunyai si bayi kala itu. Itupun adalah satu dari sekian banyak kado dari budhe dan eyang si bayi. Karena tidak mau ambil pusing mau menggunakan dot merk apa, akhirnya diputuskan bahwa the one and only dot itulah yang akan kami gunakan.

Huki adalah merk dot tersebut (Ini sama sekali bukan promosi). Dan sejauh yang aku baca (waktu itu), dot merk Huki tidak masuk ke dalam daftar merk dot yang direkomendasikan oleh dokter atau bunda-bunda lainnya untuk menghindarkan bayi dari bingung puting. Apa mungkin karena harganya yang cukup terjangkau ya? Entahlah.

Akhirnya, kami berkomitmen untuk menggunakan dot ketika aku tidak berada di dekat si bayi atau pada saat aku bekerja. Begitu tiba di rumah, dot langsung kusingkirkan dan bayiku kususui secara langsung. Inilah upayaku untuk menghindarkan sang bayi dari bingung puting.

Alhamdulillah.. Seiring berjalannya sang waktu, si bayi masih dapat menerima dot sebagai perantara asupan ASIP-nya, dan juga mau menyusu secara langsung ketika aku berada di dekatnya. Semakin ke sini, dengan kesadarannya sendiri ia tidak mau menggunakan dot saat tahu aku berada di dekatnya. Menyusu langsung dari sumbernya sepertinya lebih menarik baginya.

Sejauh ini, begitulah upaya dan pengalaman kami (aku dan suami) dalam mengupayakan agar bayi tidak bingung puting. Dan hingga saat ini, kami telah menggunakan banyak dot merk Huki dengan jenis yang sama bagi pemberian ASIP untuk bayi kami.

Comments