Pesona Kota Bandung dalam Relung Hati Puspita




Pada pesonanya kisah persahabatan kami semakin bertumbuh. Oh, Bandung..



Apabila ada satu kota—selain kota kelahiran ataupun asalmu—yang ingin kau ucapi terima kasih, kota apakah itu? Apakah Jakarta si Kota Metropolitan? Surabaya si Kota Pahlawan? Bogor si Kota Hujan? Nganjuk si Kota Angin? Malang si Kota Apel? Atau Sidoarjo si Kota Delta? 
 
Kalian pasti punya jawaban yang berbeda-beda, Sobat. Apapun kota jawaban kalian, aku hargai itu. Sekadar sharing, bagiku, Bandung adalah salah satu kota yang mampu menjadi jawabku. 

Ya, si Kota Kembang yang dulu—hingga beberapa minggu yang lalu—dalam pikiranku terdapat segala macam jenis bunga seperti anggrek, mawar, tulip, sakura, atau bahkan yang belum aku kenal namanya itu telah menggiringku ke kesadaran baru: bahwa aku wajib berterima kasih kepadanya, kepada Bandung, kepada Kota Kembang.

Sebagaimana julukan ‘kembang desa’, belakangan aku tahu, ‘kembang’ di sini bermakna konotatif. Ia bukanlah bunga sebagaimana bunga seperti yang aku tahu. Ia merupakan penjelmaan gadis-gadis Bandung yang terkenal geulis dengan tipikal murni berwajah cantik dan berkulit bersih. Aih, sungguh sedap dipandang! Tidak rugi dan berasa mendapat nilai plus rasanya berterima kasih kepada kota yang telah melahirkan gadis-gadis elok nan cantik itu. Aihhh...

Oke, kembali ke laptop, hehe. Sebetulnya, ada banyak alasan mengapa Bandung. Salah satunya adalah karena kondisi cuaca di Bandung. Kondisi cuacanya yang sungguh bersahabat mampu memberikan perasaan tenang dan nikmat bagi para penduduknya. Hawa di Bandung begitu dingin, enak, segar dengan panas di siang hari yang tidak terlalu menyengat. Kalau derajat celcius suhunya diumpamakan, mungkin Kecamatan Jogorogo-Ngawi dan Kecamatan Genteng-Banyuwangi adalah dua wilayah di Provinsi Jawa Timur yang cukup bisa menyamainya, dengan panas dan dingin yang pas. Tidak sepanas kota Jakarta ataupun Surabaya, dan tidak sedingin Kota Batu di Jawa Timur ataupun Puncak di Bogor-Jawa Barat, bbbrrrrrr.... Atis. (NB: aku tidak tahu pasti derajat celcius masing-masing kota yang kusebutkan di atas. Semua itu hanya berdasarkan pada pengalaman semata dan kepekaan kulit dalam merasakannya). 

Alasan lain mengapa aku sangat berterima kasih kepada Bandung adalah karena Bandung telah mengizinkan beberapa wilayahnya untuk kukunjungi. Seperti sebelum-sebelumnya, tempat di Bandung yang selalu kusinggahi adalah daerah Cisitu-Sangkuriang, tempat kos Twinku, yang juga satu wilayah dengan kompleks LIPI-Bandung. Sebagai kunjungan tambahan, aku biasanya mengunjungi pusat-pusat keramaian semacam Bandung Indah Plaza (BIP), Sabuga, dan Institut Teknologi Bandung (ITB). Aku juga pernah loh menengok ‘saudara-saudara’ku yang lain di Kebun Binatang-Taman Sari. Sebetulnya aku ingin juga berkunjung ke Trans Studio, tapi awang-awangen (hehe), mahal boooo’......

Aku sendiri, hingga saat ini, belum terlalu berambisi untuk pergi ke suatu tempat tertentu di Kota Bandung. Yang penting Bandung tidak pernah memprotesku karena kealpaanku menginjakkan kaki ke daerah-daerah wisatanya. Ia pun tidak pernah marah dengan kedatanganku di Kota Bandung meski ia tahu bukan ia yang menjadi destinasi utamaku, melainkan........

Selain karena kondisi cuaca dan tempat-tempat wisatanya, alasan yang pertama dan utama adalah karena salah seorang kawan yang juga berwajah sangat cantik dan berkulit kuning langsat. Tetapi, ia bukan gadis Sunda. Dia berasal dari Jawa yang memenuhi semua kriteria gadis Sunda, hehe. Aneh ya? Ah, nggak. Itu mah biasa.. Rasa terima kasihku ke Kota Bandung bertalian erat dengan gadis cantik ini. Aku, sebagaimana teman-teman kami yang lain, memanggilnya Edi. Namun, panggilan sayang kami kepada masing-masing adalah Twin walau kami bagaikan pinang dibelah dua hihihiiii. 

Berbicara tentang Edi, Bandung selalu ikut. Di situlah ia sekarang menetap, di Bandung,  entah untuk selamanya atau hanya sementara, tergantung kebutuhan kantornya, Pusat Penelitian Kimia-LIPI. Kalau dihitung-hitung, sudah empat kali aku bertandang ke kota yang terkenal karena hawanya yang dingin ini. Meskipun sudah empat kali menginjakkan kaki ke Bandung pasca-perantauanku ke ibu kota, kunjungan keempatkulah yang memberikan sensasi paling luar biasa sebab pada saat itu aku mulai pandai beradaptasi dengan cuaca yang sangat bertolak belakang dengan cuaca kota kediamanku saat ini, Depok. Kepiawaian penyesuaian diri ini sedikit banyak mampu mencerahkan pemikiranku bahwa Bandung begitu menyenangkan. Untuk itulah salah satunya, aku tak keberatan memberikan stok terima kasihku kepadanya. 

Ya, tujuanku ke Bandung selalu dengan satu alasan: bukan untuk berdarma wisata, melainkan untuk mengunjungi Twinku. Selalu seperti itu. Aku suka diajak Twinku ke mana saja. Aku juga tidak pernah protes, hanya sesekali bersilang pendapat hehe. Yang penting kita bisa bertemu, ngobrol ngalor ngidul, bercengkerama ‘tak tentu arah serta saling memotivasi satu sama lain. Di manapun kami berada toh lagi-lagi saksi bisu tetap sama: langit biru, awan putih, angin segar, tanah lembab, dan pohon dengan dedaunan yang selalu basah. 

Bandung benar-benar bercerita tentang kisah persahabatanku dengan seorang gadis geulis dari Jawa. Setalah Surabaya merelakan diri melepas kisah panjang persahabatanku dengan Edi, Bandung malah menyambutnya. Agaknya aku mulai berutang budi dengan Bandung. Pada tanahnya, ia memberikan ruang pijak bagiku dan Edi untuk bersilaturahim. Pada langitnya, ia menyediakan awan putih nan indah untuk kami pandangi bersama. Pada dzikirnya, ia menyematkan semua doa-doa kami agar persahabatan ini berkah dan langgeng selamanya.

Sobat, kalau aku tidak salah, jika kutelisik uraian-uraian di atas lebih mendalam, sejatinya bukanlah aku yang mengingini rasa terima kasih itu kupersembahkan padanya. Sebaliknya, Bandunglah yang dengan segala kebaikannya telah menobatkan dirinya sendiri sebagai salah satu kota yang patut aku banjiri dengan ucapan terima kasih. Bukan begitu, Sobat?

Depok, 21 Februari 2012


Sumber gambar: 
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjkd_BgHC4ovMpE-2a8UGDWyjL3BCaGZHpJq1KDFDf9L-YCI7A2BYoJSMbshkZqwBr7-pq5vzXIdTAXRpSHvd_-yGnHx79tlvOmGl2hTOrvfwjKQuT_EoDFv6wj1qEUP06NjnI_MoPkeVl0/s1600/pemandangan+alam+di+bandung.jpg

Comments

Post a Comment