Drakula: Bukan Sekadar Mitos Belaka



Gambar 1. Bram Stoker's Fiction of Dracula
Kawan, kalian tahu drakula kan? Itu loh sejenis vampir penghisap darah manusia yang beraksi pada saat malam hari yang sering kali kita tonton di layar TV. Pernah juga nggak kalian berpikir tentang seluk beluk “Drakula”? (Ihhh... Kurang kerjaan banget mikirin si mas-mas drakula, syereeemmm, mending juga mikirin mas-mas di kontrakan sebelah wkwkkw).

Nyatanya, drakula yang selama ini hanya ada di layar kaca dan di imajinasi kita ternyata memang benar-benar ada! Drakula memang bukan dongeng isapan jempol belaka sebab ternyata ada sesosok drakula yang pernah hidup di muka bumi ini. Ia mewujud, menampakkan sosok manusia sempurna. Dengan nama yang sama persis, Dracula. Bedanya, ia tidak bertaring. Ia manusia sejati, sama seperti kita. Dan Bram Stoker, sang pencetus cerita drakula yang melegenda itu, memang telah mengadopsi nama drakula dari orang tersebut.

Penasaran? Yuk, simak penjelasannya berikut ini.

Dialah Pangeran Drakula dari Walachia yang hidup pada awal zaman Renaisans dan terkenal dengan sebutan Vlad Tepes yang berarti “Vlad Sang Pembunuh”. Menurut sejarah, banyak sekali hal-hal yang telah ia lakukan pada masa pemerintahannya demi kesejahteraan rakyatnya. Salah satunya adalah dengan cara membangun Benteng Poenari yang hingga saat ini dikenal dengan istilah Castle Dracula atau Benteng Drakula. Benteng ini sengaja dibangun untuk menjaga Walachia dari serangan musuh-musuhnya seperti Kerajaan Hungaria dan Turki yang notabene pernah menjadi sekutu Walachia.

Oia, yang perlu digarisbawahi di sini adalah bahwa penceritaan atas Drakula sebagai wujud vampir oleh Bram Stoker hampir tidak ada kaitannya dengan sepak terjang Drakula di dunia nyata. Hal ini masih terus menjadi perdebatan di sepanjang sejarah ke-drakula-an (hehe). Namun yang pasti, ‘penganugerahan’ nama Drakula pada fiksi Bram Stoker terilhami dari nama Pangeran Drakula dari Walachia. 

Siapa sih Drakula?
Menurut sejarah, Drakula adalah seorang Pangeran Walachia yang dilahirkan di Transilvania pada tahun 1431. Ayahnya bernama Vlad yang dipercaya sebagai “Utusan Sang Naga” untuk menegakkan agama kristen di Walachia dan harus memerangi Turki. Oleh sebab itu, banyak orang yang memanggilnya “Dracul” yang artinya “naga” atau “iblis”. Kemudian salah seorang putranya diberi nama “Dracula” yang berarti “Sang Putra Naga” atau “Sang Putra Iblis”.

Setelah itu Raja Sigismund dari Hungaria menunjuk Vlad, ayah Drakula, sebagai Gubernur Transilvania pada tahun 1431 hingga 1435. Selama masa pemerintahannya di Transilvania, Vlad mendapat dukungan untuk merebut takhta Walachia yang saat itu dipegang oleh Pangeran Danesti yang bernama Alexandru I dan pada akhir tahun 1436 ia berhasil membunuh Alexandru I lalu menjadi Pangeran Vlad II. Vlad adalah pengikut Hungaria dan harus membayar upeti kepada musuh Hungaria, Turki. Saat Turki menyerang Transilvania pada tahun 1442, Vlad mencoba untuk bersikap netral tetapi Janos Hunyadi (Jendral Hungaria saat itu) menyalahkan Vlad dan mengusirnya dari Walachia. Selanjutnya, Janos Hunyadi menyerahkan takhta Kerajaan Walachia kepada keturunan Danesti yang bernama Basarab II.

Pemegang takhta Kerajaan Walachia sendiri tidak berdasarkan pada garis keturunan, tetapi dipilih oleh rakyat dan juga bangsawan pemilik tanah. Hal ini menyebabkan pertikaian yang sangat hebat di antara anggota keluarga dan tidak jarang diwarnai dengan aksi kekerasan dan pembunuhan. Akibatnya, di akhir pemerintahan kakek Drakula, Pangeran Mircea, kerajaan ini terbagi menjadi dua generasi, yaitu generasi Mircea dan generasi Dan II atau Danesti.

Beberapa tahun kemudian Vlad berhasil merebut takhta Walachia dengan bantuan Sultan Turki. Lalu pada tahun 1444 ia mengirim kedua putranya, Drakula dan Radu (adik Drakula), sebagai sandera untuk menunjukkan bukti kesetiaannya kepada Turki. Tidak beberapa lama kemudian, Hungaria terlibat perang dengan Turki dan Vlad diminta oleh Hungaria sebagai “Utusan Sang Naga” untuk ikut perang. Vlad menyadari bahwa sebagai anggota “Utusan Sang Naga” ia harus berperang melawan Turki yang memang sangat kental membela ajaran Islam dan sempat terlibat perang dengan umat Kristen pada Perang Salib beberapa abad yang lalu.

Namun di sisi lain ia juga tidak mau memancing kemarahan Turki sehingga ia menyuruh putra sulungnya, Mircea, untuk menggantikan posisinya. Akhirnya, pasukan agama Kristen kalah dalam Perang Varna dan Vlad beserta Mircea mengkambinghitamkan Janos Hunyadi. Karena tidak terima dijadikan kambing hitam, maka Janos Hunyadi membunuh Vlad dan Mircea pada tahun 1447. Sebagai gantinya, Janos Hunyadi menempatkan salah satu generasi Danesti, Vladislav II, sebagai pangeran Walachia. Di lain pihak, Turki tidak senang dengan adanya “boneka Hungaria” di Walachia sehingga Turki membebaskan Drakula dan memberinya pasukan untuk merebut takhta Walachia. Dengan bantuan Turki, akhirnya Drakula  berhasil menjadi pemimpin Walachia pada tahun 1448.

Gambar 2. 'Mimikri' Kastil Walachia

Ketegasan Sekaligus Kebengisan Seorang Drakula
Selain itu, Drakula juga dikenal sebagai sesosok pemimpin yang tegas karena ia tidak segan-segan menghukum orang yang bersalah tanpa pandang bulu. Akibatnya, penegakan hukum pada masa pemerintahan Drakula benar-benar berjalan dengan baik. Namun di sisi lain, Pangeran Drakula juga sangat terkenal atas kekejaman dan kebengisannya yang membuat rakyatnya hidup dalam penderitaan. Paradoks banget,  kan?

A.      Ketegasan Drakula
Sebagai bukti bahwa hukum di negeri itu berjalan dengan baik, Drakula sampai berani meletakkan secangkir emas di alun-alun kota dan mempersilakan siapapun yang ingin minum dengan menggunakannya tetapi ia tidak memperbolehkan cangkir emas itu dibawa keluar dari alun-alun kota. Alhasil, tidak ada seorang pun yang berani melanggar dan cangkir emas itu tetap aman berada di tengah-tengah kota.

Demi mendengar keamanan negeri Walachia, suatu hari pernah ada seorang saudagar dari negeri lain yang membiarkan beberapa keping uangnya tergeletak begitu saja pada malam hari. Saudagar itu terlihat tenang-tenang saja ketika meletakkan uangnya karena ia yakin tidak ada pencuri di negeri yang terkenal sangat aman ini. Namun, ia salah sebab keesokan harinya beberapa uangnya sudah raib dari tempat asalnya. Tentu saja, saudagar itu mengadu kepada Drakula dan dengan diam-diam Drakula mengganti uang saudagar itu plus tambahan satu ekstra koin.

Hari berikutnya, saudagar itu telah mendapati uangnya kembali serta mengatakan kepada Drakula tentang tambahan satu ekstra koin tersebut. Menanggapi laporan saudagar tersebut, Drakula mengatakan bahwa pencurinya sudah tertangkap dan akan dihukum mati. Padahal, seandainya saudagar itu tidak menyebut satu ekstra koin yang diberikan, saudagar itu pasti akan dihukum persis seperti hukuman yang diterima oleh si pencuri. Dua contoh tersebut menunjukkan bahwa Drakula memang benar-benar menjalankan roda pemerintahannya dengan adil dan penuh ketegasan sehingga hukum dan aturan di negeri itu dapat berjalan dengan baik.

B.       Kebengisan Drakula
Di sisi lain, Drakula juga dikenal atas kekejamannya yang sangat tidak berperikemanusiaan. Ia sangat gemar menyiksa dan membunuh rakyatnya dengan alasan yang kadang-kadang tidak rasional. Ada satu kisah bahwa sesaat setelah menjadi pangeran, Drakula mengundang para pengemis, orang-orang yang sudah tua, sakit, serta kaum papa yang ada di negerinya untuk datang ke istananya guna menghadiri pesta yang sengaja diadakannya. Ketika para undangan telah selesai menikmati sajian pesta, Drakula bertanya kepada mereka, “Maukah kalian hidup di dunia ini tanpa perlindungan dan tidak pernah merasakan suatu kekurangan sedikit pun?” Kemudian mereka menjawab dengan penuh antusias, “Ya, kami mau.”

Dengan tidak disangka-sangka, Drakula menyuruh prajuritnya untuk menutup pintu ruangan yang berisi para undangan pesta dan membakar ruangan tersebut dengan serta-merta. Setelah selesai Drakula berkata, “Aku melakukan ini supaya tidak ada lagi rakyat miskin di negeriku.” Peristiwa sadis ini tentu saja menggambarkan kebengisan Drakula terhadap rakyatnya dan tentunya ini bukanlah satu-satunya aksi bengis yang pernah dilakukannya.

Lebih dari itu, menombak adalah kegemaran Drakula. Ini adalah salah satu cara paling kejam untuk membunuh seseorang sebab korbannya tidak pernah langsung mati dan harus merasakan sakit yang amat sangat selama beberapa hari sampai ajal datang menjemputnya. Tidak ada seorang pun yang berhasil lolos dari intaian Drakula. Bahkan korbannya pun bermacam-macam, termasuk wanita dan anak-anak, petani dan raja-raja besar, utusan dari negara-negara besar dan juga para pedagang.

Ribuan orang sering dibunuh dalam satu waktu. Sepuluh ribu orang telah dibunuh di kota Sibiu, salah satu kota di Transilvania pada tahun 1560.  Sedangkan pada tahun 1459, saat peringatan hari St. Bartholomew, Drakula menyuruh tiga puluh ribu pedagang dan pemuda Brasov (kota di Transilvania) dibunuh. Para pedagang yang dibunuh tersebut (menurut Drakula) adalah pedagang yang mencoba mencurangi pelanggannya sebab Drakula selalu menuntut rakyatnya untuk hidup jujur dan bekerja keras. Sedangkan para pemuda di kota itu dibunuh karena diduga tidak setia kepada pemerintahannya serta mencoba untuk berkhianat. Namun sekali lagi, itu hanyalah dugaan semata.

Selain itu, Drakula sangat menghargai kesucian seorang wanita sehingga tidak canggung lagi baginya untuk membunuh seorang wanita (gadis) yang kehilangan keperawanannya sebelum menikah, istri-istri yang selingkuh, maupun seorang janda yang berbuat zina. Para wanita itu sering dihukum dengan cara dipotong organ kewanitaannya ataupun buah dadanya. Terkadang mereka dibunuh dengan cara  ditombak dari kemaluan mereka dengan tombak yang panas membara hingga tembus keluar lewat mulut mereka.

Mulai saat itu banyak musuh Drakula yang menyebarkan informasi mengenai kekejaman Drakula melalui berbagai media cetak. Salah satunya adalah pamflet yang dibuat oleh orang Jerman yang menggambarkan Drakula dalam bentuk monster yang meneror dan membunuh banyak orang dengan cara yang sadis. Namun di atas semua itu, ada satu pelajaran yang dapat kita ambil dari pembahasan ini yaitu hendaknya kita jangan mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan dalam mencapai apapun. Tujuan kita akan lebih mengena apabila dilakukan dengan cara-cara yang lebih baik, cara yang tidak menderitakan orang lain yang tidak bersalah.

Akhir Sejarah Drakula
Berdasarkan kisah terpopulernya, akhir dari riwayat Drakula adalah ketika ia terbunuh  berperang melawan Turki pada tahun 1476. Sebagian mengatakan bahwa Drakula dibunuh oleh pasukan dari Turki, namun sebagian yang lain mengatakan bahwa dia terbunuh oleh pengikutnya sendiri saat ia menyamar sebagai orang Turki untuk mengelabui musuh.

Sebagai bukti atas kematian Drakula, Sultan Turki mempertontonkan penggalan kepala Drakula di Konstantinopel. Sementara tubuh drakula dikubur di area biara Snagov. Namun, yang mengejutkan adalah jenazah Drakula sama sekali tidak ditemukan saat makamnya digali pada tahun 1931! Wallahu’alam bisshowab.


#Keterangan sumber gambar:






Comments

  1. cerita soal drakula ini memang cukup mengerikan
    ada satu lagi julukan buat dia, yaitu drakula the impaler
    karena ia sering memerintahkan eksekusi mati dengan cara sadis, disula dari dubur sampai tembus kerongkongan
    Dia juga dicap sebagai pengkhianat oleh Sultan Turki Utsmani saat itu yaitu Sultan Muhammad Al Fatih
    Dalam satu riwayat juga diceritakan bahwa sang sultan pernah memerintahkan salah seorang jenderalnya yaitu Hamzah Pasha untuk memeranginya, dan hasilnya 10 rb pasukan beserta Hamzah Pasha mati dengan cara disula
    *ngerii

    ReplyDelete
  2. Bangetttt...
    Dibalik ketegasannya, tersimpan kebengisan yang amat sangat. Mmm apa ada kaitannya dengan Bam Stoker yg melahirkan personifikasi Drakula sebagai penghisap darah manusia ya?

    ReplyDelete
  3. in my opinion lebih ke usaha menutupi kebengisahannya si mbak
    lagipula kan Drakula di Rumania sendiri dianggap sebagai pahlawan. nah, sisi buruknya itu yang ingin ditutupi bam stoker sehingga citra drakula sebagai pahlawan tidak ternoda

    ReplyDelete

Post a Comment