... Ternyata,
tahukah kawan, bahwa menikah tepat di usia seperti yang diharapkan tidak hanya
dialami oleh beliau. Setiap orang berhak mengalami hal itu, asalkan dia punya
keinginan, punya rencana.
Di salah satu
seminar pengembangan diri yang beliau adakan—kalau tidak salah di Kota
Malang—hal yang sama juga terjadi pada salah seorang EO acara tersebut. Sebutlah
namanya Lilis. Menurut penuturan beliau, Lilis adalah seorang wanita lajang dan
tidak berpacar dengan umur hampir 30 tahun.
Saat beliau
menanyakan kepada peserta seminar,
“Jadi, saat usia
berapa kalian akan menikah?” Satu per satu peserta menjawab dengan pasti.
Namun, ada juga yang menggelengkan kepala sambil berkata samar-samar, “Saya
tidak tahu, Pak.”
Sang Bapak
menyahut, “kalau kamu tidak tahu, biar saya kasih tahu. Kamu akan menikah di
usia 70 tahun.” Spontan peserta yang lain tertawa geli. Sementara, ‘korban’
dengan reflek menjawab, “Hah?! jangan dong, Pak,” pintanya memelas.
“Kalau begitu,
tentukan sendiri!” perintah Sang Bapak.
Kelucuan itu rupanya
terdengar juga oleh Lilis. Ia pun tertawa cekikikan. Tetapi, tawanya langsung
terhenti tatkala pertanyaan yang sama diajukan secara tiba-tiba kepada dirinya
oleh sang Bapak, “Bagaimana denganmu, Lilis? Kapan kamu akan menikah?”
Lilis gusar.
Pertanyaan itu bagai sembilu pedang yang menghunus hati dan pikirannya.
“Eh, eh.. tahun
depan, Pak,” kata Lilis antara terkejut, bingung, dan malu.
“Tahun depan ada
12 bulan. Bulan yang mana?”
“Ah, eh.. mmm...
bulan Desember, Pak,” jawab Lilis gugup.
“Bulan desember
ada 4 minggu. Minggu ke berapa? Jangan bilang minggu terakhir.”
“Nnnggg.. minggu
pertama, Pak.”
“Tanggal
berapa?” sang Bapak terus mengejar.
“Tanggal 5,
Pak,” ucap Lilis spontan.
Maha suci Allah,
akhirnya Lilis menikah tepat pada tanggal seperti yang telah diucapkannya.
Sang Bapak
bercerita bahwa Lilis hanyalah salah satu dari sekian banyak orang yang telah
berhasil menikah di waktu yang telah mereka tentukan sendiri. Asal ada
keyakinan, keberanian yang dibarengi dengan doa dan usaha, semua itu tidak akan
mustahil.
Apalagi, “Allah
tidak akan mengubah nasib suatu kaum jika ia sendiri tidak mengubahnya”. Dan mungkin,
berani merencanakan adalah langkah awal dari suatu usaha untuk mengubah nasib.
So Kawan, kalian yang masih ‘single’, kapan
akan menikah?” J
NB: Cerita tersebut aku
dengarkan langsung dari si empu cerita, dari seorang Bapak bernama Januar
Hadihardjo. Mungkin ada beberapa detail yang meleset, tetapi seperti itulah
garis besarnya. Semoga bermanfaat ^__^
Comments
Post a Comment